PROFIL ADAT ISTIADAT DESA MUKTISARI
PROFIL ADAT ISTIADAT DESA MUKTISARI
Desa Muktisari Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen merupakan Desa Berkembang yang berada di wilayah Kecamatan Kebumen paling selatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Buluspesantren. Luas wilayah Desa Muktisari adalah 133 Ha terdiri dari 70 Ha areal persawahan dan 63 Ha merupakan tanah kering. Desa Muktisari terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun Ketugon, Dusun Karang Tengah dan Dusun Ketugon, terbagi menjadi 5 RW dan 23 RT. Desa Muktisari masih menganut beberapa adat – istiadat yang sudah berlangsung secara turun temurun.
Adapun beberapa adat istiadat yang masih dianut/ masih ada di Desa Muktisari Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen antara lain :
1. Mbrokohi/ Keba Tua
Merupakan adat istiadat yang sudah berlangsung turun temurun berupa acara selamatan bagi kaum perempuan yang sudah tidak mengalami datang bulan/ haid. Kata “brokoh” berarti “doyan” atau “semangat”. Harapannya dengan selamatan tersebut perempuan yang diselamti tambah doyan atau tambah semangat untuk beribadah/ menjalankan perintah Alloh SWT
2. Nyapari
Merupakan kegiatan selamatan bagi mereka yang lahir pada bulan Sofar (bulan kedua pada tahun Komariyah). Kegiatan tersebut dimaksudkan agar orang yang lahir pada bulan Sofar senatiasa diberi kesehatan dan keselamatan serta kebahagiaan dunia akhirat.
3. Muludan
Merupakan adat istiadat yang berlangsung setiap tanggal 12 bulan Robi’ul Awal, yang merupakan acara peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
4. Bongkoan
Merupakan adat istiadat yang berupa peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, namun dilaksanakan oleh anak – anak. Yang khas dari acara tersebut adalah peserta bongkoan masing – masing membawa bingkisan yang isinya buah – buahan dan telor asin.
5. Rajaban
Merupakan adat istiadat yang berlangsung setiap bulan Rojab, yang merupakan acara peringatan hari jadi Sholat atau peringatan perjalanan Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Sholat, atau yang lebih dikenal dengan nama Peringatan Isra Miraj.
6. Ruwahan
Merupakan adat istiadat yang beruapa selamatan pada bulan Ruwah/Sya’ban oleh sebagian warga masih dilaksanakan di rumah – rumah, namun secara mayoritas saat ini dilaksanakan terpusat di masjid/ mushola, pada tanggal 15 Sya’ban atau dikenal dengan nama Malam Nisfu Sya’ban.
7. Badanan
Merupakan adat istiadat yang berupa acara saling kunjung ke rumah tetangga ataupun saudara dan saling maaf memaafkan, yang dilaksanakan pada Hari Raya Idul Fitri
8. Mapati
Merupakan acara selamatan 4 bulan dari kehamilan seorang isteri yang saat ini diisi dengan pembacaan tahlil, namun ada pula yang mengisinya dengan pembacaan Al Qur-an Surat Yusuf, Surat Maryam, Surat Ar Rohman dan Surat Waqi’ah.
9. Mitoni
Merupakan acara selamatan 7 bulan dari kehamilan seorang isteri yang saat ini diisi dengan pembacaan tahlil dan pembacaan At Taubah.
10. Muputi
Merupakan acara selamatan kelahiran seorang bayi sekaligus memberi nama, yang saat ini diisi dengan pembacaan kitab Al Barzanji yang berisi sejarah dan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.
11. Nelu
Merupakan acara selamatan 3 hari dari kematian seseorang, yang saat ini diisi dengan pembacaan tahlil atau Surat Yasin.
12. Mitu
Merupakan acara selamatan 7 hari dari kematian seseorang, yang saat ini diisi dengan pembacaan tahlil
13. Matangpuluh
Merupakan acara selamatan 40 hari dari kematian seseorang, yang saat ini diisi dengan pembacaan tahlil
14. Nyatus
Merupakan acara selamatan 100 hari dari kematian seseorang, yang saat ini diisi dengan pembacaan tahlil
15. Nyewu/ Nguwis – uwisi
Merupakan acara selamatan 1000 hari dari kematian seseorang, yang saat ini diisi dengan pembacaan tahlil
16. Sarahan
Merupakan acara pemberian mahar dan bingkisan serta yang lainnya, dari calon pengantin laki – laki kepada calon pengantin perempuan, biasanya dilaksanakan beberapa hari sebelum pelaksanaan akad nikah.
17. Sadranan
Merupakan acara selamatan/ kenduri, yang mengundang tetangga dan sanak saudara yang dilaksanakan 1 hari sebelum pelaksanaan akad nikah
18. Kesenian Jam Janeng
Merupakan kesenian tradisional yang sudah ada secara turun – temurun dan dilestarikan sampai sekarang. Kesenian ini berisi bacaan sholawat dengan iringan musik tradisional.